Saturday, October 29, 2011

Sumpah Pemuda 1928, Sebuah Visi Bukan Sekedar Romantisme


Kami Putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, Tanah Indonesia
Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa satu, Bangsa Indonesia
Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia
Ilustrasi (inet)
dakwatuna.com – Delapan puluh tiga tahun silam ketika Indonesia masih berada dalam kekangan kolonial, para pemuda yang tergabung dalam Kongres Pemuda II merumuskan sebuah lompatan besar untuk Indonesia, sebuah mimpi masa depan Indonesia, yaitu Kemerdekaan Republik dalam makna dan semangat persatuan. Sebuah makna yang tak di sadari generasi pemuda saat ini dan sebuah semangat yang dilakukan setengah hati oleh pemuda saat ini. Setiap tahun setelah Indonesia merdeka, tanggal 28 Oktober menjadi hari peringatan Sumpah Pemuda, banyak kegiatan dilakukan untuk memperingati momentum bersejarah itu, di antaranya seminar, kajian, renungan, dan lain-lain yang intinya bertemakan semangat sumpah pemuda, dengan harapan untuk selalu menjaga dan atau membangkitkan semangat pemuda Indonesia sekaligus mengenang jasa para pahlawan. Seperti yang disebutkan di muka, berbagai peringatan seremonial yang ada seperti sebuah komedi atau teater sejarah, diadakan setiap tahun dengan berbagai konten pengulangan yang tak menghasilkan apa-apa. Maka di sinilah perlunya kita mendalami makna dan semangat persatuan dalam konteks kemerdekaan Republik sehingga kita dapat mengurai mengapa makna persatuan tak di sadari dan semangat persatuan hanya setengah hati dilakukan para pemuda saat ini.
Moh Hatta dalam pidatonya yang berjudul “Pemuda Indonesia dan Politik” memberikan beberapa alasan mengapa pemuda Indonesia kala itu – masa pra kemerdekaan, tidak seperti kebanyakan pemuda-pemuda Eropa yang memuaskan dahaga muda  dengan hanya bersekolah dan bermain. Ia mengatakan bahwa pemuda Indonesia tidak mendidik dirinya sendiri, melainkan dididik dalam kondisi dan situasi dimana ia tumbuh berkembang dan dalam masyarakat dimana ia berada. Artinya ada ruang kesadaran yang terbuka dalam benak pemuda kala itu, bahwa mereka terjajah dan mereka ingin merdeka. Sehingga tersimpulkan suatu cara untuk meraih kemerdekaan, yaitu mereka harus bergerak bersama, dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Makna persatuan ini yang menjadi cikal bakal kehadiran berbagai kelompok pemuda dari berbagai daerah dalam Kongres Pemuda II dan semangat persatuan ini yang akhirnya membuat para pemuda itu mengikrarkan kesetiaan terhadap Ibu Pertiwi. Lebih dari itu hal inilah yang membawa Indonesia merdeka sampai terbentuk Negara Kesatuan. Sebuah lompatan besar akibat kran-kran kesadaran yang terbuka.
Tetapi hari ini memperlihatkan kondisi dimana banyak para pemuda enggan untuk memikirkan Negara, mereka lebih senang memuaskan dahaga muda, sangat kontradiktif dengan masa Kolonial. Mereka secara tidak sadar telah terbelenggu oleh sebuah penjajahan non fisik yang melestarikan budaya kolonial, yaitu individualisme. Padahal era globalisasi menuntut pembacaan yang berbeda terhadap kondisi  zaman, maka perlu dilakukan revolusi cara pandang dalam diri para pemuda, revolusi yang akan menghasilkan kesadaran bahwa Indonesia hari ini pun masih belum merdeka dalam makna definitifnya. Pembukaan ruang penyadaran yang tak bisa dilakukan hanya satu hari-ketika memperingati Sumpah Pemuda 1928, yang juga tidak bisa dilakukan dalam satu wadah apalagi hanya menjadi rutinitas “bermesraan” dengan sejarah, namun setiap waktu sehingga semangat Sumpah Pemuda menginternalisasi sebagai visi bangsa ke dalam individu para pemuda. Dengan cara apa? Budaya membaca dan diskusi.


Tuesday, October 25, 2011

Bagaimana Menjadi Mentor yang Baik?

Mentor adalah salah satu bentuk kaderisasi dua arah yang bisa digunakan untuk meningkatkan kemampuan da’iyah seorang kader.  Menjadi mentor pun bukan perkara mudah. Butuh kerja keras agar bisa mendapatkan gelar sebagai mentor yang baik. Nah! Yang jadi pertanyaan sekarang, bagaimana cara menjadi mentor yang baik?

Tidak sedikit dari kita yang merasa kurang percaya diri, kita selalu merasa bahwa diri kita sebenarnya belum siap mengemban amanah sebagai seorang mentor. Tentunya, tidak akan ada yang merasa siap 100% untuk menjadi mentor. Karena sejatinya menjadi mentor sendiri merupakan proses. Suatu proses dimana kita sendiri juga ikut belajar di dalamnya.  Orang bijak pernah berkata, ketika kita bisa mengajarkan sesuatu kepada orang lain, maka kita berarti telah memahami sesuatu.

 Disamping rasa tidak percaya diri dan tidak siap tersebut, alasan lain dari tidak siapnya menjadi mentor adalah ketidakpahaman materi, kemampuan komunikasi yang terbatas, serta kekhawatiran tidak bisa menjadi mentor yang amanah.

Pada dasarnya alasan diatas bisa diselesaikan dengan cara yang sangat sederhana. Ketidakpahaman akan materi bisa disolusikan dengan membaca buku referensi yang tepat, adapun referensi puntuk para calon mentor diantaranya buku Satria Hadi Lubis yang banyak berbicara tentang menjadi mentor yang baik. Selain buku panduan menjadi mentor, buku buku pemahaman diniyah dan wawasan umum perlu juga kita baca.

Permasalahan komunikasi bisa diselesaikan dengan latihan berbicara dari lingkup yang kecil, mungkin dimulai dari didepan satu orang saja, lalu didepan 5 orang, dan seterusnya hingga ada keyakinan pada diri untuk berbicara, atau mungkin berbicara di depan cermin dapat menjadi media untuk latihan tambahan. Ketidakercayaan diri juga saat ini bisa dibantu dengan mencoba berpikir positif serta memkitang kelebihan diri sebagai sebuah keunggulan. Selain itu berlatih menjadi mentor dengan membina dari yang lebih muda bisa menjadi media latihan yang baik. Sebutlah diri kita seorang mahasiswa tingkat 2, maka bisa menggunakan siswa SMU sebagai latihan untuk memberikan materi mentoring. Untuk kekhawatiran bahwa kita tidak bisa amanah akan apa yang disampaikan, Kita bisa mentekadkan dalam diri bahwa setelah kita menyampaikan sesuatu, maka kita akan langsung menjalankannya.

Bisa dipahami bahwa sebab mengapa ada kader yang punya permasalahan diatas adalah dikarenakan ia tidak cukup memiliki bekal yang layak untuk menjadi mentor, selain bekal secara ilmu, bekal secara pengalaman atau jam terbang menjadi kebutuhan tersendiri. Berbagai teori tentang mentor ideal mungkin sudah banyak bisa kita dapati, akan tetapi ternyata untuk mengaplikasinya secara penuh merupakan tantangan tersendiri, karena setiap orang punya personal capacity yang berbeda dan kondisi setiap anggota kelompok juga berbeda. Sehingga trik di lapangan akan lebih bermanfaat ketimbang pemahaman materi saja. Bukankah semua harus dicoba terlebih dahulu? Sebab dengan mencoba itulah kita memiliki kesempatan untuk belajar. Tunggu apalagi? Inilah saatnya!

Lalu, bagaimana caranya supaya kita bisa menjadi mentor yang baik? Baik dalam hal ini adalah mentor yang: amanah, disukai mentee-mentee nya, ramah, menguasai materi, dan bisa membawa suasana mentoring kita menjadi nyaman dan ‘hidup’.  Caranya?

Memiliki Ruhiyah yang stabil. Kekuatan ruhiyah atau kita sering menyebut kekuatan langit yang Allah berikan untuk kadernya yang memiliki kedekatakan kepada-Nya. Kekuatan ruhiyah lah yang menunjan seorang mentor untuk selalu bertahan dalam dakwah, ia memiliki keyakinan dan keikhlasan bahwa setiap aktifitas yang dilakukan adalah dengan tujuan mendapatkan ridho Allah semata. Sehingga segala tantangan yang dihadapi dapat ia maknai sebagai sebuah ujian untuk meningkatkan kualitas keimanan atau sebuah teguran atas kelalaian yang mungki terjadi. Kekuatan ruhiyah dalam konteks mentoring berdampak pada kemampuan diri untuk menyampaikan materi dan diresapi oleh peserta mentoring, dengan kekuatan ini pula, Allah akan membalas cinta kita dengan membukakan hati dan pikiran kita dan binaan kita untuk menerima apa yang kita sampaikan. Kita pernah menemukan seorang mentor yang memiliki kelemahan dalam hal berkomunikasi, akan tetapi ia memiliki keunggulan ruhiyah yang baik untuk menunjang amanahnya sebagai seorang mentor, sehingga Allah memudahkan kelompoknya dengan membukakan hati binaannya yang saat itu masih jauh dari Allah dan saat ini menjadi seorang kader yang sangat produktif. Kekuatan ini memberikan ketenangan dan emosi yang menyatukan hati kita dengan binaan dalam merajut tali-temali kecintaan kepada Allah semata.

Mengenal Pribadi BinaanMengenal dengan baik binaan atau peserta mentoring adalah hal yang perlu dilakukan untuk menguasai medan kelompok, mengenal secara pribadi binaan sejak awal dengan harapan dapat segera “in” dengan binaan dan terbentuk kepercayaan diantara mentor dan binaan. Kepercayaan ini adalah modal yang penting bagi seorang mentor dalam menyampaikan materi. Oleh karena itu, perlu kiranya seorang mentor mengetahui apa saja yang perlu dipahami olehnya untuk dapat memberikan empatinya dengan baik kepada binaannya.

Karakter, mengetahui bagaimana karakter umum dari binaan, Kita bisa menggunakan buku panduan personality plus untuk mengidentifikasikan karakter binaan. Apakah ia seorang korelis, melankolis, plegmatis, dan sangunis. Dengan mengetahui bagaimana karakternya Kita akan lebih mudah untuk memahami binaan.

Kultursetiap orang punya kultur yang berbeda-beda, seorang dari Aceh, Medan, tentu berbeda dengan seorang dari Jawa atau Papua. Setiap kultur ini punya kekhasan masing-masing. Gunakan perbedaan kultur yang ada sebagai kesempatan untuk lebih dekat, dan gunakan kesamaan kultur dengan binaan sebagai pendekatan untuk menyampaikan materi.

Latar belakang, masa lalu atau latar keluarga yang berbeda akan berpengaruh terhadap pola pikirnya. Seorang mentee yang berasal dari keluarga yang bercukupan tentu akan punya taste dan preference yang khas. Seorang mentee yang mungkin punya masa lalu yang suram tentu akan berpikir beda dengan seorang mentee yang berasal dari keluarga ulama. Kita sebagai mentor diharapkan dapat mengetahui latar belakang binaan dan dapat mengemas materi sesuai dengan pola pikir binaan.

Visi Personalsetiap manusia mempunyai keinginan, dan masa depan masing-masing. Kita sebagai mentor sangat dituntut untuk mengetahui apa yang akan jadi keinginannya di masa datang, sehingga kita dapat membimbingnya untuk menuju masa depannya yang baik.

Kompetensi, maksud kompetensi disini adalah kemampuan pribadi binaan, apakah itu kompetensi agama, kompetensi akademik, kompetensi seni, kompetensi olahraga, kompetensi softskill, atau kompetensi lainnya. Jadikan kompetensi ini sebagai sebuah kelebihan binaan dan gunakan kesempatan ini sebagai upaya untuk pendekatan materi. Seorang mahasiswa IT bisa didekati dengan contoh-contoh istilah programming yang cocok dengan materi. Atau mahasiswa kedokteran yang bisa menggunakan pendekatan bedah mayat sebagai upaya untuk lebih melihat keagungan Allah.

Mengetahui peran kita. Brother/sister, seorang kakak/saudara, seorang mentor akan berfungsi sebagai seorang kakak atau saudara bagi peserta mentoring dalam hal diskusi dan menceritakan isi hati atau masalah yang mungkin dihadapi, oleh karena itu seorang mentor perlu memiliki karakter empatik dengan harapan dapat menyentuh hati para peserta mentoring sehingga terjadi keterbukaan, dan terbentuk nuansa kekeluargaan dalam kelompok mentoring tersebut.

Coach, Sosok pelatih, pelatih adalah sosok yang memberikan arahan, mengajarkan cara melakukan sesuatu, mencontohkan, mengawasi peserta latihan melakukan sesuatu, memotivasi ketika gagal, memberi selamat ketika berhasil, dan setia mendampingi agar peserta dapat melakukan suatu hal.

Pathfinder, Petunjuk jalan, seorang mentor diharapkan dapat sebagai pembimbing bagi para peserta mentoring untuk menapaki masa depannya. Dalam hal ini seorang mentor perlu memahami potensi dari peserta mentoring dan memberinya alternatif pilihan terkait masa depannya. Sebagai contoh kecil, dalam hal memilih sub-jurusan pada sebuah program studi, seorang mentor dituntut untuk bisa memberikan gambaran yang jelas mengenai pilihan yang ada, dan memberikan rekomendasi kepada peserta mentoring. Oleh karena itu seorang mentor diharapkan dapat memiliki karakter pemimpin yang bisa mengarahkan peserta mentoring.


Headhunter, Penyiapan dan Pembentuk Mentor baru, kebutuhan dakwah kampus akan mentor atau astor senantiasa bertambah, oleh karena itu seorang mentor diharapkan dapat membentuk karakter peserta mentoring untuk dapat menjadi mentor di masa yang akan datang. Melanjutkan tongkat estafet dakwah,karena sebuah regenerasi adalah suatu keniscayaan agar dakwah Islam senantiasa tersebar bahkan ketika kita sudah tidak menjadi mentor lagi.


Variasi Metode. Metode penyampaian materi divariasikan sebanyak mungkin, jika memungkinkan cara penyampaian berbeda setiap pekannya. Minimal siapkan 4 variasi metode, sehingga setiap variasi ditemui setiap bulan. Sebutlah, pertemuan olahraga bersama, bedah buku, kunjungan ke ustadz/tokoh, rihlah, memasak bersama, skill pendukung untuk bekeluarga (membetulkan mobil, membetulkan listrik, menjahit, dan lain-lain), makan bareng, simulasi dan lain lain. Variasi ini bertujuan untuk menghindari kejenuhan binaan. Penyampaian materi pun juga disesuaikan dengan kebutuhan agar binaan siap untuk menerimanya. Namun jangan abaikan  silabus materi mentoring yang telah disediakan oleh TMP-TMF.

Subhanallah, banyak sekali cara yang bisa kita gunakan untuk mencari ridho Allah dalam mengemban amanah yaitu dakwah,menegakkan agama Allah. Saudaraku, apa yang menghalangimu untuk lebih mendekatkan diri kepada-Nya setelah sekian banyak nikmat Allah yang kita rasakan? Insya Allah, pertolongan-pertolongan Allah ada bagi hamba-hambaNya yang gigih berjuang memperjuangkan agama-Nya. Tidak ada orang yang baik, yang ada di dunia ini adalah orang yang berada dalam proses menjadi baik. Karena kesempurnaan, hanya milik Allah semata. Allahu Akbar!


by : Shofiatun Nafisha
Referensi:
-Bagaimana menyentuh hati ; abbas asyisi 
-Buku terbitan ustadz Satria Hadi Lubis

Labels:

KENAPA HARUS MENTORING ???



Tulisan ini ditujukan untuk seluruh mahasiswa,, yang masih mempertanyakan kenapa harus mentoring ?? apa sih itu mentoring dan yang lebih penting apa itu manfaatnya.. atau bisa juga tulisan ini untuk para mentor yang masih mempertanyakan kenapa saya menjadi mentor ? apa sih urgensinya. dan bagaimana mentoring mampu menjadi bagian dari membangun peradaban. !



Kenapa Harus Mentoring ?


Karena mentoring sebenarnya adalah proses untuk “akselerasi kedewasaan”. Kedewasaan ini, sangatlah luas, bisa jadi, kedewasaan dalam memahami Islam,kedewasaan dalam berilmu sesuai pilihan kompetensinya, kedewasaan dalam mensikapi masalah, kedewasaan dalam memilih keputusan, bahkan kedewasaan dalam bergaul- mengenal karakter manusia.



Kedewasaan, Kenapa ? Kenapa Bisa ? Dan Apakah Harus Dengan Mentoring ?

Ya. Mentoring adalah sebuah grup diskusi terfokus, yang didalamnya terdapat interaksi- relasi antar insan, ada aspek manusiawi, serta hubungan interpersonal. Bisa jadi seseorang menjadi dewasa, tanpa mentoring, karena aspek pembentuk kedewasaan memang banyak, bisa jadi dia anak sulung, sebatang kara, dididik orang tua, atau memang sudah dilepas sedari kecil. Mentoring adalah proses “percepatan kedewasaan”, karena dengan mentoring, maka kita akan memperbesar “kapasitas berkomunitas” kita, memahami bahwa ternyata, karakter manusia itu beragam, menangani konflik komunikasi, hingga mampu bekerjasama walaupun terdapat perbedaan prinsip di satu sisi.



Lalu, Kenapa Harus Mentoring Yang Isinya Materi Melulu ?
Materi ? Ya, terkadang, mentor memang tidak mampu menerjemahkan “materi” mati menjadi “hidup”. Mentor harus paham, bahwa “mempelajari” dan “membaca” sebuah materi adalah satu masalah, sedangkan “membumikan” dan “mengkomunikasikan” materi kepada adik mentor, adalah masalah lain yang berbeda, jangan disamakan. Mentoring mengandung 3 aspek, yaitu kognitif ( materi keilmuan, knowledge. Bisa jadi rasmul bayan yang kita dapat dulu saat pertama kali liqo), afektif ( sikap, bersikap saat menyampaikan, raut muka, bahasa tubuh, mimik wajah, ) , dan psikomotorik ( bisa jadi saat rihlah, olahraga, intonasi). Psikologi dan suasana mentoring akan sangat mempengaruhi adik mentor.

Mentoring, Apa Hubungannya Dengan Kesuksesan Saya ? Apakah Mentoring Harus Bermateri Agama Islam ?
teTahukah kamu, bahwa orang- orang yang mampu mengubah zaman, pada masa mudanya, adalah orang- orang yang membentuk kelompok diskusi tersegmen ? Tahukah kamu, bahwa mentoring dapat mempercepat pemahaman kita akan sebuah disiplin ilmu ? Dan,bukan hanya Islam.Tidak percaya ? Ini beberapa contohnya : HOS Cokroaminoto punya 3 binaan, yaitu Sukarno ( Presiden1 RI), Semaun ( Pemimpin PKI Madiun), dan Sekarmadji Maridjan Kartosuwiryo ( Pemimpin DI TII/ NII). Nah, semua jadi “tokoh” kan ? Walaupun akhirnya jadi berseberangan, itu, mungkin karena mereka pada ngebandel,mentoringnya gak selesai kali ya ?… Jesse Jackson, senator negro pertama AS, yang Yahudi. Salah satu binaannya adalah Lewis “ Scooter” Libby ( Staf DEPLU AS), dan salah satu binaan dari mentoringnya Yahudi dari Libby ini, sekarang menjabat sebagai Presiden Bank Dunia, Paul Wolfowitz ( Pasti tahu dia kan ?) Badiuzzaman Said Nursi, pemimpin Harokah Islamiyah dari Turki, penentang sekulerisme Kemal Pasha, dengan jamaahnya, Jamaah Nur, dan risalahnya, Risalah Nuriyah, punya kader yang masih dalam mentoringnya langsung, yaitu Dr. Necmetting Erbakan, dengan Partai Refah-nya, mantan PM Turki yang akhirnya terjungkal oleh militer, digantikan oleh Tanshu Ciller, dan hingga akhir hayatnya, dilarang terjun ke politik. Namun, Erbakan ini punya 11 binaan yang dipersiapkan untuk terjun ke politik praktis, dan 2 diantaranya adalah Abdullah Gul ( Presiden Turki sekarang) dan Recep Thayyip Erdogan ( PM Turki sekarang), yang mendapatkan amanah kepemimpinan dengan partai baru, Partai Keadilan dan Persatuan. Arifin Panigoro, Aburizal Bakrie, Abdul Latief, dan Fadel Muhammad, adalah kader Golkar, yang sengaja dibentuk semenjak masih di bangku kuliah ITB untuk mengendalikan sektor riil Indonesia, dengan suatu saat nanti mengendalikan asosiasi dagangnya, yaitu KADIN. Mereka terkenal dengan sebutan “Grup Gelapnyawang”, murobinya, pasti semua kenal, Ginanjar Kartasasmita, Ketua DPD RI sekarang. Tahu teman satu mentoring-nya Einstein ? Ya, Schrodinger! Dan tahu nama komunitas diskusinya ? Ya, The Royal Society, yang sudah ada semenjak Sir Isaac Newton hingga Stephen Hawking sekarang. Tahu Dawam Rahardjo ? Semenjak mudanya, dia punya halaqoh sendiri, dengan teman- mannya yaitu Ahmad Wahib ( Alm) dan Mukti Ali. Ketiganya, gencar hingga sekarang mengkampanyekan “pembaharuan Islam”

Jadi Kenapa Mentoring ? Saya Butuh Jawaban Logis- Rasional- Kuantitatif !
Baik, itu pertanyaan favorit saya, saya akan berikan jawaban : Karena dengan mentoring, maka kamu akan mengalami Akselerasi/ Percepatan Kedewasaan.

Jawaban Yang Tidak Logis, Apa Maksudnya ? Kedewasaan Apa Konkretnya ? Konkretnya ? Baik, saya kasih contoh tersegmen :

Kedewasaan Ilmu Jika ingin mendapatkan akselerasi kedewasaan dalam memahami dan menerapkan ilmu kamu di kampus, kamu harus ngementor dengan dosennya, di luar jam kuliah. Bikin kelompok kecil dengan 1 dosen sebagai mentor di rumahnya,jangan nunggu TA, kelamaan, keburu lulus ! Kenapa ? Karena ruangan kuliah terlalu sempit untuk mengetahui aspek teknis- taktis dari keilmuan kita. Jika memang benar- benar mau memiliki kemampuan berpikir strategis ala anak S1 dan bergerak taktis- teknis ala anak D3, maka, ajak seorang dosen untuk mentoring, curi semua ilmunya dan kamu akan mengalami akselerasi ilmu yang jauh berlipat, kamu bisa punya kemampuan setara doctor atau peneliti sebelum berusia 25 tahun! Luar biasa bukan mentoring itu ?
Kedewasaan Bisnis Maksudnya ? Ya, biasanya, orang punya ide luar biasa untuk terjun ke sektor riil, namun bingung mulai dari mana, tidak ada modal, tidak ada jaringan, dll. Nah, dengan mentoring bisnis ini, kamu bisa mendapatkan ilmu luar biasa, bahwa ternyata, bisnis besar bisa dimulai dengan tanpa modal! Bahwa jaringan itu bukan hal yang sulit! Dan, kamu bisa mendirikan perusahaan berbasis kompetensi kuliah kamu, seperti halnya Steve Jobs, atau Michael Dell, sebelum berusia 25 tahun ! Nah, luar biasa bukan efek dari mentoring itu ?
Kedewasaan Psikologis Maksudnya, apa lagi ? Hm, menjadi jenius bukan berarti terus jadi asosial loh. Jarang bergaul dan susah berinteraksi, seperti Steve Nash di Film A Beautifil Mind, sampai kena Skizofrenia segala ! Sudahlah, cobalah untuk bisa paham bahwa karakter manusia itu beragam, ada yang sensitive, agresif, ekspansif, bahkan arogan segala! Tahu kan, biasanya orang asosial punya kecenderungan bunuh diri tinggi, bahkan suka gagal dalam membangun karir dan relasi. So, mau cepet dewasa dalam menyikapi permasalahan hidup ? Yuk, mentoring.
Kedewasaan BerIslam Ah, kamu pasti tidak mau disebut fanatik kan ? Fanatisme berlebihan terjadi karena dogmatis yang tanpa ada diskusi dan interpretasi. Islam tidak seperti itu, kita diberikan kesempatan untuk bertanya seluas dan sedalam mungkin, kita bahkan ditantang untuk membuktikan kebenaran Islam dalam Al Quran, dan percayakah kamu, Malaikat saja bertanya ! Mempertanyakan kepemimpinan manusia di bumi ? Dan, mereka tidak disebut Allah dengan kurang ajar loh. So, ,mau menjadikan Islam sebagai sebuah gaya hidup ? Setelah kamu jadi peneliti, pengusaha, hingga dosen, kamu akan kehilangan ruh dan karakter kuat manakala tidak punya prinsip yang kuat, dan saya yakin, Islam adalah prinsip hidup yang paling nyaman dan menyenangkan buat manusia, mau mentoring Bos ? Yuuuk…… Intinya, dengan mentoring, kamu bakalan lebih cepat mengalami kedewasaan, mengenali potensi kemanusiaan kamu, hingga menata hidup kamu lebih baik, bukan Cuma buat kamu sendiri, tapi juga buat lingkungan sekitar kamu…Asyik kan ? Nah, contoh- contoh argumen diatas, apakah bisa dipakai ? Sekedar saran ringan saja.



Kami Anak ROHIS

Oleh Dinar Zul Akbar


Kami anak ROHIS. Akidah kami bersih terhadap hal-hal yang bersifat magis. Baik itu jimat, wapak, jirim, ataupun keris apalagi penggaris. Pedoman hidup kami adalah Al Quran dan Al Hadits. Kami bukan kalangan alkoholis. Boro-boro untuk berakohol ria, untuk uang jajan pun kami masih mengemis.

Kami anak ROHIS. Ada seorang nenek bernama Sydney Jones yang menuduh kami radikalis. Padahal kami hanyalah sekumpulan aktivis. Tentunya aktivis Islam bukannya aktivis secularis, pluralis, liberalis, apalagi satanis. Kami hanya dapat berharap mudah-mudahan masyarakat tidak termakan isu tersebut yang buat kami menjadi miris.
Kami anak ROHIS. Dandanan kalangan pria kami atau biasa disebut ikhwan umumnya khas dengan jenggot klimis nan tipis. Sedangkan kaum hawa atau akhwatnya biasanya terlihat dengan jilbabnya yang terlihat maksimalis. Tapi hal itu tidaklah mutlak, so santai saja buat para bro n sis.
Kami anak ROHIS. Murobbi kami selalu bercerita bahwa kami adalah pewaris. Pewaris risalah para nabi dan Rasul dari zaman nabi Adam sampai sayyiduna Muhammad SAW Al-Quraisy. Untuk itulah kami dididik menjadi pemuda yang loyalis. Loyalis kepada Allah dan RasulNya serta berlepas dari paham-paham yang tidak Islamis.
Kami anak ROHIS. Bukanlah segerombolan selebritis. Yang kerjaannya update status di jagad virtual agar dibilang eksis. Yang cuman bisa basa-basi kebaikan share pilu, nestapa, atau apa saja hal-hal yang berbau melankolis. Buat kami yang terpenting adalah aksi nyata bukan bualan besar yang manis serta bombastis.
Kami anak ROHIS. Tongkrongan kami jauh dari kafe, mall, bar, diskotik ataupun di halte bis. Biasanya kami paling suka duduk di masjid atau juga di majelis-majelis. Kami selalu menjaga diri kami dari hal-hal yang bersifat najis. Baik najis jasmani ataupun psikis.
Kami anak ROHIS. Kami diajarkan untuk dapat bersifat altruis. Dan membuang jauh-jauh sifat egois. Kami juga diajarkan untuk menjadi golongan yang mukhlis.Tidak mengharapkan imbalan dari manusia yang sifatnya matrialis. Walaupun kadang kali uang jajan kami menjadi habis. Tapi, tak apalah yang penting balasan dari Allah berupa surga lengkap dengan para bidadari’s.
Kami anak ROHIS. Karakter masing-masing kami tidaklah sama seperti halnya kue lapis. Ada yang bawaannya serius, rajin, rapat tidur mulu juga ada, ataupun yang humoris. Akan tetapi kami juga dibekali ilmu untuk selalu bersikap idealis. Jangan jadi orang yang pragmatis plus oportunistis. Takutnya malah jadi orang-orang yang ikut ketularan virus liberalis. Yang kadang kalo ngomong suka bikin mengekerut alis.
Kami anak ROHIS. Pada kesempatan kali ini kami ingin mengatakan bahwa kami bukan teroris. Jangan juga mencap kami sebagai ekstrimis. Hanya di karenakan perubahan tingkah laku kami yang mungkin terlihat agak lebih agamis. Padahal teroris tulen bin sejati adalah para kaum zionis bengis rasis dan kolonialis.
Kami anak ROHIS. Kami juga ditanamkan nilai-nilai zuhud atau bahasa kerennya adalah askestis. Kami juga menjauhi hal-hal yang sifatnya glamoris. Kami berusaha untuk sejauh mungkin tidak menjadi kaum borjuis. Karna khawatir terkena penyakit wahn atau istilah lainnya hedonis.
Kami anak ROHIS. Kami juga manusia bukannya malaikat yang selalu tampil perfeksionis. Tak sedikit pula diantara kami yang takluk terhadap godaan sang iblis. Dan mereka-mereka itu pun episode dakwahnya berakhir dengan sangat tragis. Yang kalau dituliskan di sini dapat membuat mata menangis.
Kami anak ROHIS. Beberapa kami juga diberikan bakat berbisnis Selain bisnis ada juga yang bakat menulis. Dan tulisan ini dibuat bukan untuk sekedar narsis-narsis. Ya, ini hanya dibuat sekedar berbagi tentang profil ROHIS.

dinarzulakbar_mail@yahoo.com


Secercah Harapan....

”Sesungguhnya engkau tidak akan dapat memberi petunjuk kepada kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang-orang yang dikehendakiNya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk” (Al Qashash:56)
”Siapa yang dikehendaki oleh Allah untuk diberi petunjuk, niscaya Dia lapangkan dadanya untuk Islam”
(Al An’am: 125)

Oleh karena itu, kuatkan kami ya Allah dalam menunaikan pekerjaan besar ini, dalam melaksanakan tugas-tugas melakukan tarbiyah, membentuk kepribadian manusia, mutarobbi kami, agar sesuai kehendakMu. Engkaulah yang membuka hati kami dan hati mereka. Engkau ya Allah, yang mampu meneguhkan hati kami dan hati mereka, sebagaimana Engkau pula yang telah meneguhkan dan mengokohkan hati rasulMu sehingga tidak cenderung kepada provokasi orang-orang yang zhalim. Berapa pun banyak teori kami kuasai, semata-mata hanyalah sarana mendekatkan diri kami kepadaMu. Betapapun usaha telah kami lakukan, tetaplah bukan di tangan kami kunci terbukanya hidayah seseorang.

Ya Allah, hanya inilah sebesar-besar usaha yang mungkin kami lakukan, untuk mengajak manusia berbondong-bondong menuju ridha dan surgaMu. Kami berharap curahan kasihMu senantiasa menyelimuti kami agar tidak mudah dikecewakan oleh realitas yang kadang tidak sesuai harapan, dan tidak mudah berputus asa dari rahmatMu lantaran lelahnya menunaikan pekerjaan besar ini. Ya Allah, berikan kami kekuatan iman, kesejukan pikiran, agar tak pernah bosan kami memenuhi hari-hari dengan senantiasa berikhtiar dan tawakal padaMu. Amiin..

Labels:

Berjilbab (apakah harus hatinya dulu)?

Pertanyaan:
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Ustadz Abdullah,
Penjelasan apa yang kiranya "tepat&mengena" ketika kita dihadapkan dengan sodara muslim kita (pr) pd khususnya yg berkata demikian :

" lebih baik dijilbabin dulu hatinya,dibenerin dulu,baru deh nanti jilbab'an . Lha daripada nanti copat-copot, kan kasian juga Islam jadi jelek di mata orang. Blablabla..." gitu ustadz.

Saya berharap, nanti ..sapa tahu kalau akhwat-akhwat di seantero Indonesia tercinta ini ketemu orang yg demikian bisa ditegur dengan nasehat/wejangan yang "pas " yang ustadz kasih :).
Jazakalloh.

Jawaban:
Waalaikum Salam Warahmatullah Wabarakatuh

Segala puji hanya bagi Allah, Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah, keluarga dan sahabatnya yang setia sampai hari kiamat, amma ba’du;

Saudaraku –Barokalloh Fiik,
Saya ingin bertanya kepada mereka yang mengatakan seperti itu: "Bagaimana cara men-jilbab-i hati?"
Bukankah hati menjadi tertutup jilbab apabila jilbabnya ada di hati?...Karena hatinya tertutup jilbab akhirnya mereka tidak lagi bisa berpikiran jernih dan benar, sehingga mereka mengatakan seperti itu…

Jilbab itu bukan di hati, tapi jilbab itu menutupi seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan. Sebagian Ulama' mengatakan wajah dan telapak tangan juga wajib di tutup, dan sebagian yang lain mengatakan tidak wajib akan tetapi sunnah dan afdhal.

Allah Ta'aala berfirman: "Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Al-Ahzaab: 59).

Yang benar adalah; TUBUHNYA DI-JILBAB-IN DAN HATINYA DI-BENER-IN, keduanya wajib dilakukan oleh semua perempuan muslimah.
Jadi, kewajibannya ada dua, yaitu tubuhnya di-jilbab-in dan hatinya di-bener-in. Seandainya kewajiban yang satu masih belum bisa dikerjakan maka kewajiban yang satunya tetap harus dikerjakan dan tidak digugurkan. Seandainya hatinya masih belum bisa dibenerin, tetap wajib atasnya agar tubuhnya di-jilbab-in.

Semoga Jelas dan Mencerahkan.
Wallaahul Musta'aan.
(Oleh:  Abdullah Hadrami)
Sumber: http://www.kajianislam.net/modules/newbb/viewtopic.php?topic_id=402&forum=2&post_id=1057#forumpost1057

Labels:

Thursday, October 20, 2011

DAKWAH ADALAH CINTA, DAN CINTA AKAN MEMINTA SEMUA HAL DARIMU..

Memang seperti itulah dakwah. Dakwah adalah cinta. Dan cinta akan
meminta semuanya dari dirimu. Sampai pikiranmu. Sampai perhatianmu.
Berjalan, duduk, dan tidurmu..

Bahkan di tengah lelapmu, isi mimpimu pun tentang dakwah. Tentang
umat yg kau cintai..

Lagi-lagi memang seperti itu. Dakwah. Menyedot saripati energimu.
Sampai tulang belulangmu. Sampai daging terakhir yg menempel di
tubuh rentamu. Tubuh yg luluh lantak diseret-seret. . Tubuh yang
hancur lebur dipaksa berlari..

Seperti itu pula kejadiannya pada rambut Rasulullah. Beliau memang
akan tua juga. Tapi kepalanya beruban karena beban berat dari ayat
yg diturunkan Allah.

Sebagaimana tubuh mulia Umar bin Abdul Aziz. Dia memimpin hanya
sebentar. Tapi kaum muslimin sudah dibuat bingung. Tidak ada lagi
orang miskin yg bisa diberi sedekah. Tubuh mulia itu terkoyak-koyak.
Sulit membayangkan sekeras apa sang Khalifah bekerja. Tubuh yang
segar bugar itu sampai rontok. Hanya dalam 2 tahun ia sakit parah
kemudian meninggal. Toh memang itu yang diharapkannya; mati sebagai
jiwa yang tenang.

Dan di etalase akhirat kelak, mungkin tubuh Umar bin Khathab juga
terlihat tercabik-cabik. Kepalanya sampai botak. Umar yang perkasa
pun akhirnya membawa tongkat ke mana-mana. Kurang heroik? Akhirnya
diperjelas dengan salah satu luka paling legendaris sepanjang
sejarah; luka ditikamnya seorang Khalifah yang sholih, yang sedang
bermesra-mesraan dengan Tuhannya saat sholat.

Dakwah bukannya tidak melelahkan. Bukannya tidak membosankan. Dakwah
bukannya tidak menyakitkan. Bahkan juga para pejuang risalah
bukannya sepi dari godaan kefuturan.

Tidak... Justru kelelahan. Justru rasa sakit itu selalu bersama
mereka sepanjang hidupnya. Setiap hari. Satu kisah heroik, akan
segera mereka sambung lagi dengan amalan yang jauh lebih "tragis".

Justru karena rasa sakit itu selalu mereka rasakan, selalu
menemani... justru karena rasa sakit itu selalu mengintai ke mana
pun mereka pergi... akhirnya menjadi adaptasi. Kalau iman dan godaan
rasa lelah selalu bertempur, pada akhirnya salah satunya harus
mengalah. Dan rasa lelah itu sendiri yang akhirnya lelah untuk
mencekik iman. Lalu terus berkobar dalam dada.

Begitu pula rasa sakit. Hingga luka tak kau rasa lagi sebagai luka.
Hingga "hasrat untuk mengeluh" tidak lagi terlalu menggoda
dibandingkan jihad yang begitu cantik.

Begitupun Umar. Saat Rasulullah wafat, ia histeris. Saat Abu Bakar
wafat, ia tidak lagi mengamuk. Bukannya tidak cinta pada abu Bakar.
Tapi saking seringnya "ditinggalkan" , hal itu sudah menjadi
kewajaran. Dan menjadi semacam tonik bagi iman..

Karena itu kamu tahu. Pejuang yg heboh ria memamer-mamerkan amalnya
adalah anak kemarin sore. Yg takjub pada rasa sakit dan
pengorbanannya juga begitu. Karena mereka jarang disakiti di jalan
Allah. Karena tidak setiap saat mereka memproduksi karya-karya
besar. Maka sekalinya hal itu mereka kerjakan, sekalinya hal itu
mereka rasakan, mereka merasa menjadi orang besar. Dan mereka justru
jadi lelucon dan target doa para mujahid sejati, "ya Allah, berilah
dia petunjuk... sungguh Engkau Maha Pengasih lagi maha Penyayang... "

Maka satu lagi seorang pejuang tubuhnya luluh lantak. Jasadnya
dikoyak beban dakwah. Tapi iman di hatinya memancarkan cinta...
Mengajak kita untuk terus berlari...

"Teruslah bergerak, hingga kelelahan itu lelah mengikutimu.
Teruslah berlari, hingga kebosanan itu bosan mengejarmu.
Teruslah berjalan, hingga keletihan itu letih bersamamu.
Teruslah bertahan, hingga kefuturan itu futur menyertaimu.
Tetaplah berjaga, hingga kelesuan itu lesu menemanimu."
(alm. Ust Rahmat Abdullah)

Kalau iman dan syetan terus bertempur. Pada akhirnya salah satunya
harus mengalah.


In memoriam Ust. Rahmat Abdullah
Wallahu'alam

Labels: